Senin, 29 Agustus 2016

Yoga dan Lari, Lebih 'Terlarang' Mana?

Sebagai muslimah yang sebenarnya suka olahraga, jujur saja, ada sedikit keribetan yang terjadi sejak saya memutuskan untuk menjadikan gamis sebagai pakaian wajib saya ketika di luar rumah. Saya dulunya suka bersepeda, berenang, outdoor bangetlah pokoknya. Dengan gamis, saya kesulitan melakukannya. Ditambah sibuk mengurus rumah tangga, olahraga menjadi seperti terlupakan begitu saja.

Hingga beberapa tahun belakangan ini, olahraga menjadi sangat urgen keberadaannya bagi saya. Sebagai sarana pelepasan energi negatif, jalur pelampiasan stress, penstabil hormon, saya harus banyak melakukan kegiatan fisik, bergerak, olahraga pokoknya! Tapi kemudian saya bingung. Dengan cara berpakaian saya, saya bagusnya olahraga apa? Pengen bersepeda, aduh srimpet dong ini gamis. Pengen berenang, udah saya ubek-ubek seantero kota, enggak ada kolam yang khusus buat perempuan. Jangankan khusus, diadakan hari khusus saja enggak ada. Duh, sedihnya! Sementara memakai baju renang ala burkini (itu yang lagi rame kasusnya di Perancis) saya masih enggak pede. Setertutup apapun, bahkan gamis sekali pun, kalo urusannya nyemplung ke air, begitu mentas mah teteup aja bakalan cekcih menurutku, ngeplek soalnya :D Ada sih produsen baju renang muslimah yang mengklaim produknya tidak bikin njeplak, ya memang bagus sih menurutku juga, tapi alamaaaak harganya bikin puyeng pala emak hihi. 

Jadi apa dong?


Sudah sejak lama saya naksir dengan olahraga yang satu ini. Y O G A. Hingga akhirnya ada sanggar senam dekat rumah yang membuka kelas yoga, uih saya senangnya bukan main. Ini sanggarnya khusus perempuan pula, privasinya terjaga. Setelah sekitar setahun saya ikut aerobik di sana, perlahan tapi pasti saya beralihlah ke yoga. Aerobik is fun, tapi rasanya kadang seperti menggedor-gedor sisi liar diri ketika melakukannya. Musiknya dan kadang gerakannya itu loh mak kalo instruktur dan member lagi sama kumat gokilnya ha ha ha. Jadi intinya sejak kenal kelas yoga, saya akhirnya memutuskan konsen di sana saja.

Saya senang. Sampai akhirnya ketemu dengan artikel-artikel yoga itu haram, awas kemasukan kalau yoga, yoga itu begitu dan begini. Jujur saja, saya sedih. Sediiiiih banget. Kadang saya bertanya-tanya, ini yang memutuskan yoga itu haram (kalau MUI lebih fair sih ya tinjauannya) sudah pernah terjun lama di semua lini dunia peryogaankah? Karena sejauh yang saya tahu, terlibat dengan para master-masternya, perasaan isinya aktivitas fisik doang deh. Enggak ada seperti yang dibilang begini begitu. Ada lagi yang bilang, yoganya orang Islam itu adalah salat. Alamak, serius? Pengen marah sebenarnya betapa ibadah sakral agama saya dibandingin seperti itu. Kok tega?

Dan yah berbekal tanya sana-sini, baca sana-sini, dan yang utama langsung terjun sendiri sana-sini, saya memutuskan untuk... terus. Saya beryoga asana saja. Tidak lebih. Titik. Yoga ini cocok untuk kondisi saya. Doable at home. Enggak pakai jingkrak-jingkrak. Kalem. Lembut. Tapi powerfull. Saya tidak perlu ribet juga dengan urusan pakaian, wong di rumah kok! Saya juga jadi paham teknik bernapas yang baik. Pokoknya, I love it!

Lalu belakangan, saya mulai 'bosan'. Terlebih lagi saya sudah tidak ke studio untuk beryoga sejak sanggar tersebut berganti guru. Dulu wanita sekarang adanya guru pria. Menurut saya, justru di sinilah letak keharaman yoga, yaitu ketika kau beryoga bersama guru pria dan deminya kau ikhlas menanggalkan kewajibanmu, kalau kau paham maksudku _/\_ Clear ya? Karena meski guru yogamu mencontohkan gerakan yang menyerupai cara bersembahyang umat lain, seperti misalnya guru online favorit saya Lesley Fightmaster di penutup videonya, toh saya hanya perlu untuk tidak menirunya. Dan saya tetap menjadikan kelas youtube nya sebagai referensi terbaik untuk sesi-sesi latihan saya. She is the best and generous teacher everlah pokokna!

Kembali ke topik bosan, saya mulai belajar L A R I beberapa minggu terakhir ini. Kamu mungkin heran masa mau lari harus belajar segala? Beneran loh, ternyata lari itu ada tekniknya. Kalau mau tahan lama lari, enggak salah urat, itu ada semua caranya. Nanti kapan-kapan saya bahas deh :D Dan yah, saya larinya enggak pakai gamis, lagi-lagi takut srimpet hehe. Saya memilih rok celana sebagai kostum saya. Dan saya larinya di lintasan lari yang ada di salah satu kampus terkenal di kota. Outdoor, public space.

Lalu saya berpikir, khusus untuk kondisi saya seperti itu antara yoga dan lari, jadinya lebih 'terlarang' mana kira-kira?

Tidak ada komentar: